headline news

Popular Posts

RAMALAN PIMPINAN INDONESIA YANG AMANAH DI MASANYA

Menentukan pemimpin masa depan rupanya tidak hanya dilakukan oleh para elit politik. Banyak paranormal dan ahli supranatural memiliki rekaan terhadap sosok pemimpin bangsa ini. Ada yang mendasarkan pada ramalan Jayabaya, Ronggo Warsito ataupun Sabda Palon. Indonesia nantinya akan dipimpin presiden yang agamis, mendasarkan wahyu dalam memimpin atau satrio pinandito sinisihan wahyu. Di zaman inilah diyakini Indonesia akan mengalami keemasannya, rakyat makmur, sejahtera, tentram dan damai. Gambaran yang masih abstrak ini begitu kuat diyakini oleh sebagian rakyat bangsa ini.


Ilmu gotak-gatuk pun melengkapi penerawangan estafeta kepemimpinan di Indonesia. Bahwa yang akan memimpin negeri ini mengikuti sebuah pola “ Noto Nagora”. No diyakini sebagai Soekarno dan to sebagai Soeharto. No berikutnya adalah Habibi. Karena menurut ahli kejawen makna harfiah Habibi bila di-jawa-kan menjadi Soetrisna. Go diperuntukkan kepada dua orang yaitu Goes Dur dan Megawati atau dibaca (Megowati). Bagaimana dengan ra? Apakah diperuntukkan untuk SBY yang sekarang? Atau siapa saja yang memiliki nama berakhiran ra atau ro? Inilah yang masih diperbincangkan hingga sekarang. Namun diyakini bahwa pemimpin ini akan membawa wahyu Heru Tjackra yaitu gambaran sosok seorang ratu adil.

namun dari sekian banyak ada satu nama yang cukup meroket namanya di belantika ramalan kholifah Indonesia masa depan. yakni  Satria Piningit adalah wujud pemimpin yang akan muncul membawa perubahan yang sangat mendasar, dan pencerahan terhadap berbagai persoalan yang membelenggu bangsa Indonesia. Sosok ini bahkan akan membawa kemaslahatan bagi manusia dan alam secara menyeluruh. Kalau dalam faham sebagian orang Islam akan datangnya zaman Kholifah minhajul Nubuwah atau pemimpin dengan manhaj wahyu. 


Munculnya tokoh ini merupakan kehendak Tuhan YME. Sesiapapun tidak dapat menolak kehadirannya. Dia memiliki garis keturunan Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir atau Mas Karebet) dari jalur Pangeran Benawa. Sifatnya selalu berkata benar atau Rosyid, jujur, amanah, welas-asih dan andap ashor. Kedermawanannya menjadikannya selalu peka terhadap kondisi sosial disekelilingnya. Postur tubuhnya tinggi, gagah dan memiliki wibawa. Dia memiliki rasa humor tinggi tanpa mengurangi kewibawaannya. Kasih sayangnya kepada keluarga menunjukkan keharmonisan kehidupan dalam rumah tangganya.
Keberadaan tokoh ini tidak akan ditemui di jajaran elit politik saat ini. Ia belum pernah tampil memimpin republik ini kecuali memang saatnya telah tiba. Desa adalah tempat tinggal yang dia sukai. Walaupun demikian dia selalu menerawang jauh kedepan, untuk mencari solusi setiap problematika bangsa yang muncul. Masa kepemimpinannya lebih dari 32 tahun, seperti masa presiden Soeharto bahkan lebih baik lagi. Penulis pernah bertanya kepada Ki Narto: ” Bukankah periode kepemimpinan sekarang dibatasi hanya 2 periode atau 10 tahun?”. Jawab Ki Narto: “ Kalau rakyat semua memintanya memimpin kembali maka tidak ada yang dapat menolak. Undang-undang adalah buatan manusia, masih bisa dirobah atau diamandemen.” Saat itulah Indonesia akan mengalami perubahan yang signifikan, masa keemasan akan kembali terukir seperti zaman Srivijaya, Majapahait dan Kesultanan Demak. Nama tokoh ini terdiri dari tujuh huruf, seperti juga Sukarno dan Suharto. Istrinya pun memiliki nama depan siti, seperti pendahulunya Siti Fatimah ( istri Pak Sukarno) dan Siti Hartinah ( istri Pak Suharto). Kesukaannya adalah gending jawa sebagai kesenian rakyat. Menurut Ki Narto sosok ini merupakan implementasi gending “Caping Gunung”. Dalam bait akhir ditulis; “ Gunung ndesa dadi reja, dene ora ilang anggone padha lara lapa”. Dimana disiratkan kondisi desa jadi makmur dan sejahtera. Walaupun sudah maju tapi semangat berkorban dan kesetiakawanan sosial tidak hilang.
HTML Comment Box is loading comments...